Sabtu, 28 Januari 2012

Part One.

Read the Prolog here. 
1
         “KAMU dengar apa yang Mr. Wells bilang pagi ini? Dia bilang hukuman untuk anak-anak yang nakal diperberat. Dan aku sangat senang untuk mendengarnya,” Ujar Nat pada Keyra, sambil mengunyah saladnya. Keyra hanya tersenyum.
       Nama panjangnya Natalie Corrcisova, dan Nat adalah sahabat Keyra satu-satunya yang dapat Ia percaya. Nat sangat cerewet – Keyra selalu memberikan gelar: “Cewek paling cerewet.” untuknya yang malah membuatnya semakin cerewet – Sekali mengobrol dengan Nat, tidak akan bisa berhenti begitu saja. Kecuali dengan Keyra.
“Kamu kenal Finn Wadler? Dia adalah pemimpin tim football dan kurasa dia tidak punya pacar..” Nat kembali berbicara, “Tapi aku sedang menyukai Tom B. Dia lucu sih.”
     “Nat, kurasa kamu lebih baik untuk tidak mendekati dua-duanya.” Keyra berusaha memberi nasihat namun malah terdengar sangat kejam. Ia cepat-cepat menambahkan,“Maksudku, kamu boleh pilih Finn. Atau Tom. Tapi dua-duanya enggak banget buatmu..”
     “Aku tahu.. Lagipula aku memang tidak ingin punya pacar.”
    “Kalau begitu, baguslah. Bukankah kita harus siap-siap ikut ujian?” Pertanyaan seperti ini selalu membuat Nat memasang muka jengkelnya. Keyra selalu belajar, kapanpun dan dimanapun, Ia selalu menyempatkan diri untuk membaca buku pelajaran. Nat pun sama, tapi ia tidak seperti Keyra. Nat selalu berpikir bahwa otak Keyra sebenarnya sudah penuh. Tapi Keyra menghiraukannya.
      Nat dan Keyra bertemu ketika keduanya mengikuti klub perpustakaan. Keyra menyukai genre petualangan sedangkan Nat menyukai Horor. Namun keduanya menyukai penulis puisi yang sama: Kahlil Gibran dan William Shakespeare.
     “Keyra, bisakah kau berhenti membaca buku Sejarah-mu itu dulu? Bagaimana jika kita merencanakan liburan musim panas bulan depan? Kurasa akan menyenangkan jika kita– ” Nat menyeruput kopinya, dan tiba-tiba saja tersedak ketika melihat Finn Wadler benar-benar tersenyum kearahnya.
     “Nat! Mengapa kamu menumpahkan kopinya?!” Keyra mengambil tissue dan mengelap seluruh tumpahan kopi di meja. Keyra jelas bisa membaca mata Nat dan langsung mengerti mengapa Nat tiba-tiba saja tersenyum. “Aku tahu senyum Finn memang manis. Tapi sifatnya tidak semanis kelihatannya..” Keyra tersenyum, menutup buku Sejarahnya, membuat Nat kembali menatap Keyra. “Apa yang tadi kamu rencanakan? Liburan musim panas? kurasa kita harus mempersiapkannya. Bagaimana jika kita pergi ke Museum? nonton konser? Atau  kamu mau ngeliatin Finn Wadler di lapangan?”
       “Kurasa ngeliatin Finn Wadler di lapangan adalah ide yang bagus.” Jawab Nat, sambil memukul tangan sahabatnya itu, ringan. Keyra mulai merapikan barang-barangnya dari meja, bersiap meninggalkan kantin. Nat mengikutinya, walaupun Ia tahu Ia tidak bisa memalingkan wajahnya dari Finn.
***
     KEYRA berjalan pulang ke rumahnya setelah menaiki bis sendirian. Mom tidak bisa menjemputnya karena Ia sedang ada di kelas Yoga. Lagi-lagi, latihan drama untuk minggu depan yang membuatnya pulang begitu sore.Sebenarnya yang membuatnya tertarik mengikuti Drama Sastra adalah karena naskah ceritanya berdasarkan karya Shakespeare. Romeo dan Juliet. Siapa yang tidak tahu tentang kisah itu? Kisah Shakespeare yang tragis dan romantis. Keyra sudah sangat hapal dengan dialog-dialognya, peran-perannya, kapan harus jeda atau tidak, atau dimana posisinya saat mengucapkan ini dan itu. Dan jatuhlah peran Juliet padanya. Peran Romeo jatuh pada Harold Rendall. Padahal Keyra berusaha menjaga jarak dari Harold. Tapi ternyata tidak bisa juga. Ketika tahu peran Romeo jatuh kepadanya, Harold senang bukan kepalang, Ia berteriak-teriak dan nyaris selalu menghampiri Keyra dengan alasan yang sangat kuno. Salah satunya: “Maukah kau menghafal dialog bersamaku? Mungkin kau akan lebih serius jika, ehm.. menghafalnya denganku..” Sialnya Keyra bahkan tidak bisa mencerna kalimat yang Harold katakan. Harold adalah adik kelas Keyra dan terkenal sebagai cowok yang suka memainkan cewek. Dan buruknya, Harold menyukai Keyra sejak ia melihat Keyra menjadi finalis dalam Drama Shakespeare.
      Ketika masuk rumah, Matthew yang membukakan pintu untuknya.  Wajahnya cukup menunjukan bahwa Keyra kelelahan. Keyra tahu Ia terlihat berantakan kali ini, karena ransel yang dipikulnya luar biasa berat dengan buku.
      “Hari yang panjang?” Matthew bertanya,”Kamu kelihatan capek.”
      “Aku memang selalu capek.." Keyra berjalan masuk ke dalam rumahnya, menaruh tasnya jauh-jauh, mengambil apel di meja makan, lalu duduk di sofa kesayangan Mom. “Kenapa kamu sudah pulang dari kampus? Biasanya kamu pulang agak malam..”
       “Demam.” Jawab Matthew dengan senyum. Keyra menaikkan alisnya, tidak begitu yakin dengan jawaban kakaknya itu .“Aku tidak bohong..” Matthew duduk di sebelahnya, sambil menyalakan TV. Keyra tahu kakaknya itu tidak pernah berbohong. Sekalinya berbohong, Ia akan menyesal nantinya.  “Mom dan Dad sedang keluar, makan malam. Kencan ala orang tua...” Keyra tertawa, membayangkan kedua orangtuanya tengah makan malam, lalu berdansa. Ia mendadak ingin merasakannya juga. Makan malam bersama orang yang Ia sukai. Berdansa bersama orang yang Ia cintai. Tapi kapan? Dan sama siapa? Pikirnya dalam hati.
       Kini Keyra dan Matthew sama-sama terdiam. Terbesit sesuatu dalam diri Keyra yang ingin ia tanyakan kepada Matthew.
       “Apakah kamu merasakan hal aneh saat makan malam kemarin, Matthew? Ketika Mom memegang tanganku sambil menatapku selama beberapa menit? Dan kalian semua terdiam tanpa melakukan apa-apa.. Menurutku itu aneh..” Keyra menatap kakaknya itu lama, menunggu jawaban darinya. Namun Matthew belum juga menjawab pertanyaannya. Sebenarnya Matthew terlalu bingung untuk menjawabnya.
       “Jangan dipikirkan. Mom memang suka seperti itu..”
       Keyra tidak menjawab. Setelah itu Ia tidak bertanya-tanya lagi tentang makan malam kemarin. Mungkin memang tidak ada hal yang harus dipertanyakan. Sedangkan Matthew tersemyum, kembali menonton TV, namun matanya menerawang kemana-mana. Ia sama sekali tidak menatap layarnya.
           Aku tidak boleh mengatakan hal itu pada Keyra. Tidak. Ini masih terlalu cepat, pikir Matthew. Berulang-ulang kali kalimat itu berputar di otaknya. Dan Ia tak bisa melepasnya. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Memerhatikan wajah Keyra malah membuatnya merinding.
        “Kamu sudah baikkan dengan Caroline?” Keyra bertanya.
        “Oh.. dia.. kan.. sudah punya pacar.” Jawab Matthew singkat. Obrolan pendek yang membuatnya mengingat masa-masa saat dirinya masih ‘keren’.
        “Aku turut sedih deh..” Keyra tertawa, memegang tangan Matthew yang dingin, lalu menyibakkan rambutnya.
        “Bagaimana denganmu, Keyra? Kudengar kamu punya banyak penggemar. Namanya Harold kan?” Keyra berhenti tertawa, lalu mendengus ketika mendengar nama Harold diucap lagi. Matthew nyengir.
        Tapi Keyra tak menjawab. Ia masuk ke kamarnya dan meninggalkan Matthew yang kebingungan dengan reaksi Keyra. Matthew tidak pernah melihat wajah adiknya begitu lelah – Bahkan ketika Matthew memberi lelucon, Keyra selalu tertawa. Tapi kali ini tidak. Keyra hanya terdiam sepanjang sisa hari itu. Matthew sudah mencoba berkali-kali untuk meminta maaf atas obrolan mereka tentang Harold, tapi Keyra bilang bukan itu masalahnya.
       Masalahnya adalah,
       Keyra merasakan sesuatu akan terjadi kepadanya.
       Cepat atau lambat. Dan Ia merasa takut.
To be Continued. 
Please post your comments about this story. Thank you for reading. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar