“Keyra?” Itu Mom, membuyarkan lamunannya yang kesekian kali. “Kau melamun lagi.
Apa yang kau pikirkan?”
Keyra melihat dirinya sendiri di kaca spion. “Tidak ada, Mom. Ayo mulai, makan
malamnya.”
Mom membuka pintu mobil dan menunggunya keluar. Keyra memang sedang tidak beres
akhir-akhir ini. Entahlah, ada sesuatu yang mengganggunya. Mereka berjalan
bersebelahan menuju rumah mereka, rumah bergaya lama yang masih saja terlihat
baru. Keyra tahu Dad sudah ada di rumah ketika ia melihat tanamannya basah
terkena siraman air. Dad sangat menyukai tumbuhan, dan Ia sangat suka hidup
sehat. Sedangkan Mom sangat menyukai film dan lagu lama. Mom pernah menjadi
pemain teater dan salah satu pemain inti dalam kebanyakan teater yang
dimainkannya. Teater musikalisasi juga membuatnya aktif sebagai penyanyi.
Sepertinya sifatnya itu menurun pada Keyra. Kakaknya Matthew tidak menyukai
keduanya. Ia jauh menyukai lukisan, fotografi, juga patung. Atau lebih tepatnya,
Ia menyukai seni.
Ketika Keyra memasuki rumah, Ia melihat Dad dan Matthew di ruang makan. Mereka
menyiapkan makan malam. Keyra terperangah. Baru kali ini ia tahu Dad dan
Matthew bisa memasak. Ia baru benar-benar melihat mereka begitu cekatan. Dad memotong
wortel, dan Matthew mulai mengaduk-ngaduk isi panci. Ia tebak mereka sedang
memasak sup.
“Dua perempuan cantik datang..” Dad tersenyum lebar ketika melihatnya dan Mom
masuk. “Mengapa baru pulang, Keyra?” Tanyanya. Mungkin kamu kira Ia marah pada
Keyra. Tapi tidak, Ia tidak menyiratkan wajah marah sedikitpun.
“Jadwalku penuh, Dad. Aku ada kelas fisika, bahasa, olahraga, dan musik hari
ini. Ditambah latihan drama untuk hari Kamis, ingat?” Jawabnya, sambil
menghampiri Dad. Keyra memang sesibuk itu. Di Sekolahnya, Balware High School,
semua murid memang sangat sibuk. Banyak tugas menumpuk sudah menjadi kebiasaan.
Namun tak ada satupun siswa yang pernah tak mengerjakan tugas. Itu sudah
menjadi salah satu peraturan Sekolah dan selalu ada hukuman bagi siswa yang
tidak mengerjakan. Pernah sekali, ia mendengar kalau John McGiwalls, seniornya,
di hukum untuk berjemur dari pagi hingga pulang sekolah karena tidak
mengerjakan tugasnya serta memberikan alasan buruk dan juga membolos selama
seminggu. Setelahnya Ia pindah Sekolah karena menurutnya Sekolah ini hanya
untuk orang gila. Sejak saat itu, Tidak ada satupun murid yang berani tidak
mengerjakan tugasnya. Keyra tahu memang hukuman seperti itu tidak begitu
‘kejam’. Tapi, percayalah, hampir seluruh murid tidak ingin tubuhnya menjadi
gosong dalam sehari hanya karena tidak mengerjakan tugas dan membolos selama
satu minggu.
Matthew menuangkan supnya kedalam mangkuk besar untuk kami semua. Keyra,
Matthew, Mom juga Dad duduk bersama, dan berdoa, lalu memulai makan malam. Dan
barulah mereka mengobrol bersama. Bertukar berita masing-masing, seperti kawan
lama yang tak terdengar kabarnnya. Yang pertama Matthew. Ia bercerita
bahwa dirinya memenangkan lomba lukisan se-kampusnya. Dan Ia mengalahkan 300 finalis
lainnya. Dad juga bercerita bahwa dirinya diundang di suatu penelitian
tumbuhan. Dan Mom, ia kembali memulai mengajar di kelas yoga. Keyra sungguh
berpikir ini adalah makan malam yang hebat dengan banyak berita baik yang
sangat membuatnya terkejut.
“Jadi bagaimana denganmu?” Hingga
akhirnya, pertanyaan yang dilontarkan oleh Matthew itu ditujukan kepadanya.
Namun Keyra belum menemukan jawabannya. Ia belum menemukan
kabar baik dalam hidupnya.
Ia senang karena mendapat nilai bagus untuk pelajaran sekolah dan juga dipilih
sebagai pemeran utama dalam pementasan drama minggu depan. Sangat senang.
Semuanya seperti keajaiban. Tapi untuk Keyra, ia masih mencari kebebasan yang
sesungguhnya.
Keyra berusaha memikirkan jawabannya. “Well, Semuanya
berjalan dengan baik. Aku harap begitu.”
Sejujurnya, ia tidak yakin semua akan baik-baik saja. Mom
menatapnya lama, dan tiba-tiba ia meraih tangan Keyra, seolah-olah ingin
membaca pikirannya. Namun Dad dan Matthew terdiam – seolah mengerti dengan apa
yang Mom lakukan. Mereka semua tersenyum, seperti memberi dukungan kepadanya.
Atau apakah mereka.... mengasihani Keyra?
Lagipula, untuk apa mereka mengasihaniku? Aku tidak mengerti..... Mengapa
mereka semua menatapku? Apakah aku terlihat berantakan? apakah ada yang salah
dengan jawabanku tadi?
Kenyataannya, waktu memang terasa lambat. Keyra sungguh tidak mengerti mengapa
keluarganya tiba-tiba saja berperilaku tidak seperti biasanya–Menatap Keyra
dengan tatapan yang menyiratkan sesuatu.... yang menyedihkan. Keyra
merasa seperti orang asing.
“Ada apa? Apakah ada yang salah?” Ia akhirnya memberanikan diri bertanya. Namun
tak ada yang menjawab. Tak ada satupun. Sekejap Ia merasa semuanya tampak tidak
baik-baik saja.
“Ayo selesaikan makan malamnya,” Kata Dad, memecah keheningan.
“Benar. Kamu tidak boleh tidur terlalu malam, wajahmu nyaris terllihat pucat.
Sebaiknya kamu istirahat..” Mom melepaskan genggaman tangannya pada Keyra, dan
fokus kembali menghabiskan makanannya. Namun secara bersamaan, Mom, Dad dan
Matthew saling bertatapan satu sama lain. Dan momen ini jelas-jelas terekam
oleh Keyra. Ia hanya tercengang, tidak bisa melepaskan pandangannya kepada
keluarganya.
Ada apa di balik ini sebenarnya? Keyra bertanya dalam hati.
Akhir-akhir ini Keyra memang sering melamun, membayangkan sesuatu yang akan
terjadi padanya nanti. Namun tiba-tiba khayalannya menghilang begitu saja. Dan
Ia bahkan tidak bisa mengingatnya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar