Sabtu, 28 Januari 2012

Come Back. COME BACK Karena aku ingin kembali.. pada saat itu. PROLOG >>Part One

TERKADANG AKU BISA MERASA SANGAT SEDIH. Tanpa alasan yang jelas. Aku juga tidak mengerti. Tidak ada yang salah dengan keluargaku, atau bahkan hidupku sendiri, namun aku sering mencemaskan sesuatu yang bahkan aku tidak ketahui. Rasanya seperti khayalanmu berputar dalam pikiranmu secara terus menerus, seperti kaset rusak yang terus mengulang-ulang.
          “Keyra?” Itu Mom, membuyarkan lamunannya yang kesekian kali. “Kau melamun lagi. Apa yang kau pikirkan?”
        Keyra melihat dirinya sendiri di kaca spion. “Tidak ada, Mom. Ayo mulai, makan malamnya.”
        Mom membuka pintu mobil dan menunggunya keluar. Keyra memang sedang tidak beres akhir-akhir ini. Entahlah, ada sesuatu yang mengganggunya. Mereka berjalan bersebelahan menuju rumah mereka, rumah bergaya lama yang masih saja terlihat baru. Keyra tahu Dad sudah ada di rumah ketika ia melihat tanamannya basah terkena siraman air. Dad sangat menyukai tumbuhan, dan Ia sangat suka hidup sehat. Sedangkan Mom sangat menyukai film dan lagu lama. Mom pernah menjadi pemain teater dan salah satu pemain inti dalam kebanyakan teater yang dimainkannya. Teater musikalisasi juga membuatnya aktif sebagai penyanyi. Sepertinya sifatnya itu menurun pada Keyra. Kakaknya Matthew tidak menyukai keduanya. Ia jauh menyukai lukisan, fotografi, juga patung. Atau lebih tepatnya, Ia menyukai seni.
        Ketika Keyra memasuki rumah, Ia melihat Dad dan Matthew di ruang makan. Mereka menyiapkan makan malam. Keyra terperangah. Baru kali ini ia tahu Dad dan Matthew bisa memasak. Ia baru benar-benar melihat mereka begitu cekatan. Dad memotong wortel, dan Matthew mulai mengaduk-ngaduk isi panci. Ia tebak mereka sedang memasak sup.
       “Dua perempuan cantik datang..” Dad tersenyum lebar ketika melihatnya dan Mom masuk. “Mengapa baru pulang, Keyra?” Tanyanya. Mungkin kamu kira Ia marah pada Keyra. Tapi tidak, Ia tidak menyiratkan  wajah marah sedikitpun.
       “Jadwalku penuh, Dad. Aku ada kelas fisika, bahasa, olahraga, dan musik hari ini. Ditambah latihan drama untuk hari Kamis, ingat?” Jawabnya, sambil menghampiri Dad. Keyra memang sesibuk itu. Di Sekolahnya, Balware High School, semua murid memang sangat sibuk. Banyak tugas menumpuk sudah menjadi kebiasaan. Namun tak ada satupun siswa yang pernah tak mengerjakan tugas. Itu sudah menjadi salah satu peraturan Sekolah dan selalu ada hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan. Pernah sekali, ia mendengar kalau John McGiwalls, seniornya, di hukum untuk berjemur dari pagi hingga pulang sekolah karena tidak mengerjakan tugasnya serta memberikan alasan buruk dan juga membolos selama seminggu. Setelahnya Ia pindah Sekolah karena menurutnya Sekolah ini hanya untuk orang gila. Sejak saat itu, Tidak ada satupun murid yang berani tidak mengerjakan tugasnya. Keyra tahu memang hukuman seperti itu tidak begitu ‘kejam’. Tapi, percayalah, hampir seluruh murid tidak ingin tubuhnya menjadi gosong dalam sehari hanya karena tidak mengerjakan tugas dan membolos selama satu minggu.
       Matthew menuangkan supnya kedalam mangkuk besar untuk kami semua. Keyra, Matthew, Mom juga Dad duduk bersama, dan berdoa, lalu memulai makan malam. Dan barulah mereka mengobrol bersama. Bertukar berita masing-masing, seperti kawan lama yang tak terdengar kabarnnya. Yang pertama Matthew.  Ia bercerita bahwa dirinya memenangkan lomba lukisan se-kampusnya. Dan Ia mengalahkan 300 finalis lainnya. Dad juga bercerita bahwa dirinya diundang di suatu penelitian tumbuhan. Dan Mom, ia kembali memulai mengajar di kelas yoga. Keyra sungguh berpikir ini adalah makan malam yang hebat dengan banyak berita baik yang sangat membuatnya terkejut.
            “Jadi bagaimana denganmu?” Hingga akhirnya, pertanyaan yang dilontarkan oleh Matthew itu ditujukan kepadanya.
       Namun Keyra belum menemukan jawabannya. Ia belum menemukan kabar baik dalam hidupnya.
        Ia senang karena mendapat nilai bagus untuk pelajaran sekolah dan juga dipilih sebagai pemeran utama dalam pementasan drama minggu depan. Sangat senang. Semuanya seperti keajaiban. Tapi untuk Keyra, ia masih mencari kebebasan yang sesungguhnya.
        Keyra berusaha memikirkan jawabannya. “Well, Semuanya berjalan dengan baik. Aku harap begitu.”
        Sejujurnya, ia tidak yakin semua akan baik-baik saja. Mom menatapnya lama, dan tiba-tiba ia meraih tangan Keyra, seolah-olah ingin membaca pikirannya. Namun Dad dan Matthew terdiam – seolah mengerti dengan apa yang Mom lakukan. Mereka semua tersenyum, seperti memberi dukungan kepadanya. Atau apakah mereka.... mengasihani Keyra?
        Lagipula, untuk apa mereka mengasihaniku? Aku tidak mengerti..... Mengapa mereka semua menatapku? Apakah aku terlihat berantakan? apakah ada yang salah dengan jawabanku tadi?
      Kenyataannya, waktu memang terasa lambat. Keyra sungguh tidak mengerti mengapa keluarganya tiba-tiba saja berperilaku tidak seperti biasanya–Menatap Keyra  dengan tatapan yang menyiratkan sesuatu.... yang menyedihkan. Keyra merasa seperti orang asing.
      “Ada apa? Apakah ada yang salah?” Ia akhirnya memberanikan diri bertanya. Namun tak ada yang menjawab. Tak ada satupun. Sekejap Ia merasa semuanya tampak tidak baik-baik saja.
     “Ayo selesaikan makan malamnya,” Kata Dad, memecah keheningan.
     “Benar. Kamu tidak boleh tidur terlalu malam, wajahmu nyaris terllihat pucat. Sebaiknya kamu istirahat..” Mom melepaskan genggaman tangannya pada Keyra, dan fokus kembali menghabiskan makanannya. Namun secara bersamaan, Mom, Dad dan Matthew saling bertatapan satu sama lain. Dan momen ini jelas-jelas terekam oleh Keyra. Ia hanya tercengang, tidak bisa melepaskan pandangannya kepada keluarganya.
     Ada apa di balik ini sebenarnya? Keyra bertanya dalam hati. 
      Akhir-akhir ini Keyra memang sering melamun, membayangkan sesuatu yang akan terjadi padanya nanti. Namun tiba-tiba khayalannya menghilang begitu saja. Dan Ia bahkan tidak bisa mengingatnya kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar